![]() |
Pertemuan Daring " Dukungan Perguruan Tinggi untuk Layanan Disabilitas " ( Dok Huda) |
Semarang - LP Ma’arif PWNU Jawa Tengah
mengadakan focus group discussion (FGD) secara daring mengenai pendidikan
inklusif di perguruan tinggi bersama Unicef dan tim dari tiga perguruan tinggi
di Jawa Tengah yaitu UIN Walisongo Semarang, IAINU Kebumen, dan UNU Purwokerto
Banyumas pada Kamis, 4 Juni 2020.
Ketua LP Ma’arif PWNU Jawa
Tengah, Ratna Andi Irawan dalam sambutan pengantarnya mengharapkan agar
perguruan tinggi bisa membantu peningkatan kapasitas para guru di madrasah dan
sekolah inklusif, menghasilkan ilmuwan yang berkontribusi pada pemikiran
pendidikan inklusi, memiliki pusat studi dan layanan disabilitas, serta siap
menerima calon mahasiswa yang memiliki kebutuhan khusus.
Pemaparan masing-masing perguruan
tinggi menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan dalam upaya menuju kampus
yang inklusif. IAINU Kebumen memulai langkah menjadi kampus inklusif dengan
cara perbaikan akses terhadap sarana perkuliahan dan tempat ibadah yang aksesibel
dan sudah memiliki satu mahasiswa dengan kebutuhan khusus.
UNU Purwokerto
Banyumas secara umum melakukan pendekatan kepada fakultas agar merancang konsep
kurikulum yang inklusif dan membangun akses kemitraan kepada madrasah dan
sekolah inklusif di Banyumas. Sedangkan UIN Walisongo sudah memberikan layanan
yang inklusif di antaranya menyediakan beberapa buku dengan huruf braile di
perpustakaan, penyesuaian gedung lama dan standarisasi gedung baru agar mudah
diakses mahasiswa penyandang disabilitas, saat ini sedang mengajukan
pembentukan pusat studi dan layanan disabilitas, serta sudah memiliki beberapa
mahasiswa dengan kebutuhan khusus.
Koordinator implementasi
kemitraan LP Ma’arif PWNU Jawa Tengah dan Unicef yang juga wakil ketua LP
Ma’arif, Fakhruddin Karmani mengapresiasi progres menuju kampus inklusif yang
disampaikan oleh tiga perguruan tinggi tersebut. Harapannya tiga kampus ini
bisa menjadi rujukan layanan inklusi dan para lulusan pendidikan menengah atas
yang berkebutuhan khusus bisa melanjutkan kuliah ke tiga kampus tersebut. “UIN
Walisong, IAINU Kebumen, dan UNU Purwokerto Banyumas ini agak dekat jaraknya
dari madrasah-madrasah yang kami dampingi di empat kabupaten, yaitu Kebumen,
Banyumas, Brebes, dan Semarang” terangnya.
Dari hasil diskusi LP Ma’arif
mencatat beberapa hal di antaranya: pertama bahwa perguruan tinggi hendaknya
memahamai kebutuhan dasar dari madrasah dan sekolah yang merintis menjadi
lembaga pendidikan inklusif dalam bentuk dukungan SDM dan pendampingan, kedua, perguruan tinggi siap menerima calon mahasiswa yang memiliki kebutuhan khusus
dan memberikan layanan khusus dengan baik, ketiga, kemitraan lanjutan antara LP
Ma’arif, perguruan tinggi, dan Unicef menjadi strategis dalam konteks
memberikan pemahaman secara utuh tentang pendidikan inklusi di perguruan tinggi
serta melahirkan sarjana-sarjana yang memiliki wawasan pendidikan yang
inklusif.
Terkait kemitraan lanjutan antara
perguruan tinggi dengan Unicef, tim Unicef menanggapi bahwa itu butuh
pembicaraan lebih jauh, dan tahun ini merupakan akhir country programme lima
tahunan Unicef di Indonesia. Program kerjasama tentu akan menyesuaikan dengan
program Unicef, sementara program untuk lima tahun berikutnya akan dibahas di
akhir tahun 2020 ini. Sebagaimana disampaikan perwakilan Unicef Belly Lesmana
dan Supriono Subakir.
Pertemuan via zoom ini merupakan
tidak lanjut pertemuan inisiasi yang dilakukan LP Ma’arif di masing-masing
kampus. “bulan maret 2019 ke IAINU Kebumen, bulan April ke UNU Purwokerto, dan
bulan Juni ke UIN Walisongo. Ma’arif melakukan inisiasi menuju kampus inklusif.
Sekarang dibutuhkan semacam peta yang menginformasikan lokasi di daerah mana
saja terdapat ABK yang siap melanjutkan kuliah sebagaimana diusulkan dari UIN
Walisongo tadi.
" Semoga program SIMNU yang dimiliki Ma’arif bisa menggambarkan
peta kebutuhan itu” jelas Miftahul Huda, salah pengurus bidang kerjasama antar
lembaga yang juga program officer kemitraan LP Ma’arif Jawa tengah dan Unicef.
Meeting online ini diikuti 30
orang terdiri dari tim program pendidikan inklusi LP Ma’arif, tim fasilitator
inklusi LP Ma’arif dari beberapa kabupaten di Jawa tengah, tim dari tiga
perguruan tinggi, dan tim dari Unicef. IAINU Kebumen diwakili oleh Rektor Dr.
Imam Satibi dan Benny Kurniawan, UNU Purwokerto oleh Rektor Prof. Dr. Rochadi
Abdulhadi dan Dr. Heru Adi Djatmiko, sedangkan UIN Walisongo diwakili oleh Dr.
Akhmad Arif Junaidi, dan Drs. Sahidin, M.Si. Pertemuan berlangsung sekitar dua
jam dan akan dijadwalkan pertemuan lanjutan pada minggu berikutnya.
Kontributor : Huda/BU