GISAF, Pesantren Literasi dan Pengembangan Diri Pertama di Jawa Tengah

Brebes (cbmnews.net) – Pesantren Indigenous GISAF menggelar kegiatan orientasi dan pembukaan tahun pengasuhan santri baru 2018. Pesantren yang baru berdiri tahun 2018 tersebut terletak di Desa Jatirokeh, Kecamatan Songgom, Kabupaten Brebes. Lembaga tersebut adalah Pesantren Literasi dan Pengembangan Diri pertama di Jawa Tengah.
Kegiatan orientasi tersebut diikuti 30 santri baru, terdiri dari 10 santri mukim dan selebihnya adalah santri non mukim. Salimah Tarsyudi, pembina pesantren mengungkapkan bahwa pihaknya memang belum bisa menerima santri dengan jumlah yang besar, mengingat keterbatasan fasilitas fisik dan non fisik.
“Santri kami adalah yatim dan dhuafa yang tidak mampu, sehingga mereka tidak membayar sedikitpun untuk masuk pesantren. Penyelenggaraan aktivitas pesantren selama ini berasal dari kantong pribadi dan income dari kegiatan pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan GISAF diberbagai daerah. Hasilnya kami gunakan untuk keperluan sehari-hari dan memberikan beasiswa sekolah gratis,” Jelasnya, Kemarin.
Sementara itu, Andi Hakim selaku pendiri GISAF menuturkan bahwa lembaga ini adalah unit kegiatan yang diselenggarakan oleh Rumah Literasi dan Pengembangan Diri GISAF (Gubuk Ilmu Sahabat Fikir).
Sebagai lembaga swadaya yang menjadi inisiator gerakan pembudayaan literasi dan pendidikan tersebut, maka dipandang perlu untuk menyajikan konsep kelembagaan pendidikan yang berbeda. Kajian-kajian rutin kepenulisan yang selama ini digagas oleh GISAF dan mendapat antusiasme yang besar dari kalangan pelajar dan mahasiswa di Brebes, Tegal dan Pekalongan harapanya dapat berkembang lebih pesat dengan hasdirnya pesantren.
“Selama 4 tahun berdiri, kontribusi GISAF telah mampu memberikan manfaat secara langsung bagi masyarakat. Sepak terjang GISAF yang telah melatih ribuan penulis dari seluruh Indonesia menjadi salah satu buktinya (https://www.suaramerdeka.com/smcetak/baca/65328/gisaf-melatih-ribuan-penulis). Ribuan penulis yang terdiri dari pelajar, mahasasiwa, guru dan dosen telah kami bimbing untuk menulis karya tulisnya, baik karya tulis ilmiah maupun buku” Ungkap Andi, yang juga peneliti LP2M UIN Walisongo.
Ustadz Ahmad Zacky, pengasuh Pesantren Gisaf menjelaskan bahwa pesantrenya mengusung visi yang sama dengan GISAF. Dengan mengusung brand sebagai pesantren Indigenous, lembaga ini bertekad mengkampanyekan santrinya untuk menjadi manusia indonesia yang utuh. Manusia yang tidak anti tradisi dan kearifan lokal bangsa ini, melainkan aware terhadap kekayaan lokalitas, dan terbuka bagi perkembangan globalisasi. “Selain itu yang terpenting, pesantren ini menjadi inisiator lembaga pendidikan yang concern pada pendidikan literasi bagi santrinya. Santri tidak hanya diajarkan ilmu-ilmu agama, melainkan keterampilan dalam melakukan penelitian, kajian, advokasi, kepenulisan dan publikasi ilmiah,” Tambah Zacky.
Sebagai pesantren literasi dan pengembangan diri pertama di Jawa Tengah, harapanya GISAF mampu memberikan kontribusi yang semakin masif. Motivasi tersebut dikuatkan oleh KH. Nasrudin, pengasuh Pondok Pesantren Modern Al-Falah yang tidak lain adalah mitra GISAF. Menurutnya, pesantren ini unik dan langka karena mengusung visi pembudayaan literasi bagi santri dan masyarkat.
“Santri dan masyarakat diajak untuk giat membaca dan menulis hingga menerbitkanya. Hal ini penting untuk menangkal serangan arus informasi hoax dan pemahaman pengetahuan yang keliru, karena krisisnya budaya literasi,” ungkapnya. (Raeko/editor her)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama